Selasa, 09 Maret 2010

Banjir Manusia dan Budaya di Festival Imlek VI

Naga Simbol Kemenangan
Keranjang Tanda Jalinan Kasih Sayang


Festival Ceria Imlek VI yang diadakan di YPK Air Kenanga menyedot ribuan warga dari Kota Sungailiat dan sekitarnya. Terlihat antusiasme masyarakat yang penasaran dengan replika naga, yang memang sejak pembuatannya sudah menarik perhatian masyarakat sekitar maupun luar daerah. Berikut adalah laporan langsung dari wartawan harian Babel Pos Derika Buliana di Sungailiat, Bangka.

Pelataran YPK menjadi saksi sejarah percampuran budaya Melayu China yang indah dan dahsyat. Bukan hanya banjir manusia namun juga banjir budaya khas Bangka Belitung yang unik,renik dan karya yang luar biasa.

Pantauan Koran ini, meski sempat dirwarnai mati lampu sekitar lima menit, panitia masih bisa memberikan hiburan kepada masyarakat yang sejak sore memadati lokasi. Namun jelas terlihat, suasana remang-remang dengan penerangan lampu seadanya, karena Air Kenanga terkena pemadaman bergilir dari PLN malam itu, membuat Replika Naga pun tak terlihat mewah.

Untunglah, suasana gelap ini tak berlangsung lama setelah rombongan Staf Ahli Kementrian Pariwisata Sri Rahayu Budhi Harti, Perwakilan Dubes RRC Yang Ung Hzu, Anggota DPR RI asal Bangka Belitung Basuki Tjahja Purnama, Sekda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Ir Imam Mardi Nugroho, Bupati Bangka Yusroni Yazid SE beserta ibu, ada pula CEO El John Indonesia Johnnie Sugiarto dan rombongan, tiba.

Begitu rombongan tiba, langsung disambut dengan Barongsai berwarna kuning keemasan, yang menghantarkan rombongan ke panggung kehormatan dengan paduan khas budaya Melayu China. Mereka langsung disuguhkan berbagai pertunjukan hiburan, seperti Paduan Suara dari SMA Setia Budi hingga sanggar Pesona Bangka dengan tarian Melayu dan Barongsai dengan musik etnis Melayu Tionghoa.


Festival yang diselenggarakan di Kabupaten Bangka tahun ini mengukuhkan replika naga sepanjang 312 meter berkulitkan 20 ribu kue keranjang, ke rekor MURI dengan nomor 4160. Kue yang menjadi kulit naga itu dibagikan ke masyarakat pertanda jalinan kasih sayang dari tetangga kepada tetangga yang lain saat perayaan Imlek.


Bupati Bangka dalam sambutannya mengungkapkan Imlek 256 tahun 2010 di Kabupaten Bangka dirayakan dengan berbagai kegiatan. Dalam kurun waktu dua tahun ini, perayaan Imlek sudah mengukir dua rekor MURI. Festival tahun ini diharapkan dapat mengembangkan potensi dan memelihara seni budaya etnis Tionghoa.

Ketua panitia Ceria Imlek VI, Yusman Ngui didampingi Bagian Humas dan Dokumentasi drs Asep Setiawan ketika ditemui Babel Pos mengungkapkan, perencanaan ceria Imlek ini sejak enam tahun yang lalu dengan konsep dari tahun ke tahun selalu teridentik dengan naga yang melambangkan kemakmuran. Tahun ini, perayaan Imlek Ceria terbesar dilaksanakan dari tahun sebelumnya. Ceria Imlek tahun ini diibaratkan sebuah pesta kemenangan dan perayaan keberhasilan panen di musim panas zaman dahulu kala, semua orang Babel berdarah China pulang ke tanah air merayakan keberhasilan dan kesuksesan di tanah kelahiran.

Replika naga yang ditempeli kue keranjang khas imlek ini dipersiapkan selama 15 hari dengan mengerahkan tenaga pekerja sebanyak 25 orang yang rela dibayar dengan sukarela. Replika naga ini juga menghabiskan 1000 batang bambu dan kertas. Sedangkan kue keranjang yang menjadi kulit naga mengerahkan seratus rumah tangga yang langsung dikoordinir Ngadiman, seorang pakar kuliner di Kabupaten Bangka yang berdarah Thionghoa. Butuhkan 50 tenaga untuk menempelkan kue ke naga sekaligus membagikannya ke masyarakat.




Kelenteng Tertua

Pada Festival Ceria Imlek VI ini juga dilakukan peresmian Kelenteng Kwan Tie Miauw Dharma Bakti Abadi, yang merupakan kelenteng tertua di Bangka.


Kelenteng yang terletak di jalan S Parman di depan sebuah bioskop tua di Bangka ini berusia 129 tahun. Dibuat dari tahun 1887 menggunakan tanah liat putih. Kelenteng megah tempat umat Budha, Toisme dan Kongfucu ini sudah dipugar beberapa kali agar nilai estetika yang dimiliki Kelenteng tidak hilang. Peresemian kelenteng yang baru dipugar ini juga didaftarkan menjadi salah satu cagar budaya yang ada di Bangka Belitung.




Di kesempatan itu, Bupati Bangka, duta besar RRC (Tiongkok), staf ahli kementrian pariwisata memukul bedug bersama pertanda kelenteng resmi dipakai. Rombongan juga menyempatkan diri untuk meninjau dan menuangkan minyak ke nyala lilin di dalam kelenteng. (dei)

Foto-foto: hadi 46 Photography 2010
Kamera : Canon 400D + 18-135 IS

Senin, 08 Maret 2010

Pesta Duren

Ribuan Warga Pesta Durian

Ribu Durian Disantap Gratis


PANGKALANBARU- Warga Desa Air Mesu Kecamatan Pangkalan Baru Kabupaten Bangka Tengah (Bateng) kemarin, Minggu (24/01) menggelar sedekah durian. Ribuan warga tumplek-blek menghadiri acara yang dihelat di Pasar Kaget Air Mesu tersebut.
Acara yang digelar mulai sekitar pukul 15.00 WIB itu dihadiri Bupati Bateng Drs H Abu Hanifah dan sejumlah pejabat Bateng. Bahkan Walikota Pangkalpinang Drs H Zulkarnaen Karim MM juga ikut hadir terjebak kemacetan sehingga tidak bisa tiba di arena ‘sedekah duren’.
Kepala Desa Air Mesu, Sudarto, ketika dihubungi Koran ini mengatakan, sekitar 12 ribu buah durian disusun sedemikian rupa sepanjang sekitar 400 meter di empat jalur yang ada.


Para warga yang datang bisa merasakan langsung nikmatnya durian Air Mesu. Tidak hanya menikmati buah durian di tempat, ribuan warga yang hadir juga membawa pulang buah durian yang memang sudah disediakan panitia.
Kades memprediksi, sekitar tujuh ribu warga hadir pada acara sedekah duren tersebut. Bahkan setelah usai acara sekitar pukul 16.00 WIB masih banyak warga yang berdatangan.
Menurut kades, sedekah durian merupakan wujud rasa syukur warga masyarakat Desa Air Mesu karena tahun ini buah durian melimpah. Karena buah durian melimpah maka BPD, LMP dan aparat desa dan masyarakat punya ide untuk melakukan sedekah durian.



Dalam kesempatan itu, Bupati Bateng, Drs H Abu Hanifah menyambut gembira apa yang dilakukan masyarakat. Bupati berharap kedepannya acara sedekah bersama terus dilakukan.
Bupati juga menghimbau agar warga memanfaatkan lahan yang ada dengan memperbanyak tanaman durian, sehingga hasilnya pun diharapkan akan lebih banyak lagi.



Sementara itu Kades menyatakan, belasan ribu buah durian tersebut ada yang swadaya masyarakat. Tapi ada juga yang beli dari warga, hanya saja harga murah. “Jika harga jualnya Rp 3000 per butir, maka dijual ke panitia Rp 1500 per butir. Sebab, panitia juga tidak mau merugikan masyarakat,” tukasnya. “Ke depannya sedekah duren tetap akan dilakukan kalau panen durennya seperti ini atau bahkan lebih banyak lagi.’’ Untuk mengumpulkan dan menyusun belasan ribu buah duren tersebut panitia membutuhkan waktu satu setengah hari. Namun, tak urung hingga tadi malam panitia masih membersihkan sampah bekas sedekah duren tersebut.(anto/babel pos)